April 29, 2010

NAMA-NAMA NERAKA DAN PENGHUNINYA

Nama-nama neraka dan penghuninya
Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan (QS 78:17)
1. Neraka Jahanam (QS 15:43)
Disediakan untuk para pengikut syaithan. Pengikut syaithan kebanyakan para wanita, mengapa demikian? karena dalam diri seorang wanita terdapat roh-roh syaithan.
Syaithan bentuknya ada 3 (tiga) yaitu:
a. Ucapan para dukun, peramal
b. Hawa nafsu (egoisme) QS 45:23
c. Mengkultuskan kepada seseorang

2. Neraka Syair (QS 84:12-13)
Disediakan untuk orang-orang kafir terhadap akherat (tidak percaya), juga untuk orang yang seneng bila mendapat rezeki dan marah ketika susah memperoleh rezeki.

3. Neraka Shaqor (QS 74:42-47)
Disediakan untuk orang yang tidak melaksanakan sholat, tidak mau memberi makan orang miskin, tukang gossip dll.

4. Neraka Jahim (QS 26:91)
Disediakan untuk mereka yang menyembah berhala, thagut (harta & tahta), juga untuk orang yang sesat.

5. Neraka Huthomah (QS 104:1-9)
Disediakan untuk para pengumpat & pencela.

6. Neraka Ladho (QS 70:15-18)
Disediakan untuk orang yang tidak beragama, menyimpan harta (kikir)

7. Neraka Hawiyah (QS 101:1-11)
Disediakan untuk orang yang ringan kebaikannya,

Semoga kita terhindar dari perbuatan yang akan menjerumuskan kita ke dalam neraka. Ya Rabb tunjukilah kmai jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS 1:6-7).

nama surga dan penghuninya

Surga (Al-Jannah) adalah suatu tempat di alam akhirat yang penuh dengan segala macam kenikmatan dan kesenangan.
Allah Swt. menjadikan tempat ini bagi hamba-Nya yang takwa. Antara lain diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 82 sbb :
"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, menjadi penghuni surga. Kekallah mereka didalamnya."

Gambaran tentang Surga di dalam Al-Qur'an antara lain sebagai berikut : surga seluas langit dan Bumi (Al-Hadid:21), di dalamnya terdapat pohon-pohon dan buah-buahan (Ar-Rahman:54,68, dan Al Waqi'ah :28,29,32-33), terdapat istana-istana dan mengalir sungai-sungai dibawahnya (Al-Furqan:10), tahta-tahta kebesaran dan ranjang-ranjang emas/permata (Ash Safaat:44 dan Al Waqi'ah : 15), serta ditemani bidadari-bidadari (Ar-Rahman : 72 dan Ad Dukhan : 54)

Nama Surga, tingkatan, dan calon-calon penghuninya sbb :

1. Surga Firdaus
Dijadikan dari emas yang merah. Dalam Al-Mukminun :1-11, dijelaskan bahwa surga ini untuk orang-orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya.
2. Surga 'Adn
Diciptakan dari intan putih. Penghuninya yaitu orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl :30-31), benar-benar beriman dan beramal saleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir:32-33), sabar, menginfakkan hartanya, dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar Ra'ad :22-23).
3. Surga Naim
Dijadikan dari perak putih. Diperuntukkan bagi orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal saleh (Al Qalam : 34, Luqman : 8, Yunus : 9, dan Al-Haj : 56).
4. Surga Ma'wa
Diciptakan dari jamrud hijau. Adalah tempat orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm:15), beramal saleh (As Sajdah : 19) serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsunya (An Naziat : 40-41).
5. Surga Darussalam
Diciptakan dari Yakut merah. Penghuninya yaitu orang-orang yang kuat iman dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah, serta beramal Saleh (Al An'am : 27).
6. Surga Darul Muqamah
Diciptakan dari permata putih. Dihuni oleh orang-orang yang kuat iman Islamnya, banyak berbuat kebajikan, dan jarang berbuat kesalahan.
7. Surga Al-Maqamul Amin
Diciptakan dari permata putih. Kediaman orang-orang yang bertakwa (Ad dukhan : 51).
8. Surga Khuldi
Diciptakan dari marjan merah dan kuning. Dihuni oleh orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya (Al Furqaan :15).

Jarak antara tingkatan surga yang satu dengan yang lainnya diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Said Al-Khudri : "Surga itu terdiri dari seratus tingkat. Antara tingkat yang satu dengan yang lainnya berjarak seperti antara Bumi dan langit. Dan tingkatan tertinggi adalah surga Firdaus.".

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a., surga memiliki 8 pitu dari emas yang ditaburi mutiara. Pintu-pintu tersebut adalah :

1. Pintu untuk para Nabi, Rasul, syuhada, dan dermawan.
2. Pintu bagi orang-orang yang mendirikan sholat dengan menyempurnakan syarar rukunnya dan wudhunya.
3. Pintu buat orang-orang yang mengeluarkan zakat dengan kebersihan jiwa.
4. Pintu untuk orang-orang yang memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran.
5. Pintu orang-orang yang mencegah hawa nafsu dan kesyahwatan.
6. Pintu buat orang-orang yang menunaikan ibadah Haji dan umrah.
7. Pintu bagi para ahli Jihad (berjuang menegakkan agama Allah)
8. Pintu bagi orang-orang yang bertakwa, berbakti kepada orangtua, dan menyambung tali persaudaraan.

LOVE .., HAPPINES... & PLEASE DON'T CRY.. (Posting By Nadia Saleh Alatas)


Sahabat..., jangan heran ya Postinganku kali ini mengenai CINTA...

Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk mengolah rasa,agar kita bijaksana dalam menghadapi situasi seperti apapun yang di sebabkan karena CINTA


Sahabat...Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur ? Kenapa kita menutup mata ketika kita menangis ? Kenapa kita menutup mata ketika kita membayangkan sesuatu ? Hal hal yang terindah di dunia ini biasanya tidak terlihat





Ada hal hal yang tidak ingin kita lepaskan dan ada orang orang yang tidak ingin kita tinggalkan Tapi ingatlah, melepaskan bukan berarti akhir dari dunia melainkan awal dari kehidupan yang baru.




Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah tersakiti

Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah mencari dan telah mencoba Karena merekalah yang bisa menghargai Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka




Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi masih peduli terhadapnya Cinta adalah ketika dia tidak mempedulikanmu, kamu masih menunggunya dengan setia.

Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sambil berkata , " Aku turut berbahagia untukmu "








Apabila cintamu tidak berhasil, bebaskanlah dirimu Biarkanlah hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi Ingatlah, kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya.. Tetapi saat cinta itu dimatikan, kamu tidak perlu mati bersamanya..





Orang yang terkuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala hal Tetapi mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupanmu, Kamu akan belajar tentang dirimu sendiri dan suatu saat kamu akan menyadari Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada di dalam hidupmu Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan pilihan kehidupan yang telah kau buat Yang seharusnya ada di dalam hidupmu




Sahabat sejati akan mengerti ketika kamu berkata, " Aku lupa "
Sahabat sejati akan tetap setia menunggu ketika kamu berkata, " Tunggu sebentar "
Sahabat sejati hatinya akan tetap tinggal, terikat kepadamu ketika kamu berkata, " Tinggalkan aku sendiri "





Saat kamu berkata untuk meninggalkannya, Mungkin dia akan pergi meninggalkanmu sesaat, Memberimu waktu untuk menenangkan dirimu sendiri,Tetapi pada saat saat itu, hatinya tidak akan pernah meninggalkanmu Dan sewaktu dia jauh darimu, dia akan selalu mendoakanmu dengan air mata




Lebih berbahaya mencucurkan air mata di dalam hati daripada air mata yang keluar dari mata kitaAir mata yang keluar dari mata kita dapat dihapus, Sementara air mata yang tersembunyi, Akan menggoreskan luka di dalam hatimu yang bekasnya tidak akan pernah hilang









Walaupun dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang, Tetapi ketika cinta itu tulus... meskipun mungkin kelihatannya kamu kalah, Tetapi sebenarnya kamu menang karena kamu dapat berbahagia sewaktu kamu dapat mencintai seseorang Lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri...







Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita Atau karena ia tidak mempedulikan kita Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya




apabila kamu benar benar mencintai seseorang, Jangan dengan mudah kita melepaskannya Berjuanglah demi cintamu... Fight for your dream ! Itulah cinta yang sejati.. Bukannya seperti prinsip " Easy come.. Easy go... "






Lebih baik menunggu orang yang benar benar kamu inginkan Daripada berjalan bersama orang " yang tersedia "
Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai Daripada orang yang berada di " sekelilingmu "
Lebih baik menunggu orang yang tepat Karena hidup ini terlalu berharga dan terlalu singkat Untuk dibuang dengan hanya " seseorang " Atau untuk dibuang dengan orang yang tidak tepat



Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang paling menyakiti hatimu Dan kadang kala teman yang membawamu di dalam pelukannya Dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari Ucapan yang keluar dari mulut seseorang Dapat membangun orang lain, tetapi dapat juga menjatuhkannya Bila bukan diucapkan pada orang, waktu, dan tempat yang benar Ini jelas bukan sesuatu yang bijaksana






Ucapan yang keluar dari mulut seseorang Dapat berupa kebenaran ataupun kebohongan untuk menutupi isi hati Kita dapat mengatakan apa saja dengan mulut kita Tetapi isi hati kita yang sebenarnya tidak akan dapat dipungkiri







Apabila kamu hendak mengatakan sesuatu.. Tataplah matamu di cermin dan lihatlah kepada matamu Dari situ akan terpancar seluruh isi hatimu Dan kebenaran akan dapat dilihat dari sana



Jangan lupa perhatikan juga nasihat di bawah ini :



Dan berdoalah seperti di bawah ini :



Sahabat..Jangan besrsedih kalau kita belum menemukan cinta karena, cinta manusia sangat kecil di banding Cinta Allah kepada HambaNya



Semoga Bermanfaat

Kisah Sebuah Pernikahan


Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya

saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan

justru rasa haru biru. Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada

satupun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu.

Beliau yang paling keras menentang perkawinanku.

Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari, "Jadi juga kau nikah sama

'buntelan karung hitam' itu ....?!?"

Duh......, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon

istriku disebut 'buntelan karung hitam'.

"Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam,

gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih

tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!" sambung ibu lagi.

"Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan

Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu...?" Kali ini aku terpaksa

menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung

mendengar ucapanku.

"Oh.... rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu.

baiklah Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan

seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan

itu ke rumah ini !!"

DEGG !!!!

"Yanto.... jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba," teguran

Ismail membuyarkan lamunanku.

Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

"Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah ...akhi," sekali lagi

Ismail memberi semangat padaku.

"Aku terima nikahnya, kawinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas

kawin seperangkat alat sholat tunai !" Alhamdulillah lancar juga aku

mengucapkan aqad nikah.

"Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien.

Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain."

Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama.

Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah

sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati

kuberanikan diri untuk menyapanya.

"Assalamu'alaikum .... permintaan hafalan Qur'annya mau di cek kapan

De'...?" tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan

dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam

pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur'an

tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui. "Nanti saja

dalam qiyamullail," jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang

berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat

dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku

suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku 'tidak

menarik'. Sekelebat pikiran itu muncul ....dan segera aku mengusirnya.

Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.

"Bang, sudah saya katakan sejak awal ta'aruf, bahwa fisik saya seperti

ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal

beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak

untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam

malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya.

Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam

Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka," ...

Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian

bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak

menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang

banyak."

(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata

itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita

yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama

besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

"Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan

kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan

menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas."

Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam

dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih

menyisakan segumpal ragu.

"Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh... saya

siap menerima keputusan apapun yang terburuk," ucapnya lagi.

"Tidak...De'.

Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu karena Allah.

Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika

seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi," paparku sambil

menggenggam erat tangannya.

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait

do'a kubentangkan pada Nya.

"Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan

cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang

cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini

akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu.

Karera itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !"

Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap

raut wajah istriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku

benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah

sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya.

Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan shoum

sunnah Rasul Nya. "...dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah

tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka

mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya

pada Allah ..." (QS. al-Baqarah:165)

=========================================

Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini

hina maka muliakanlah aku

dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih

Pembuka - Pembuka Keberkahan Rejeki


Kadang kita merasa orang yang sangat tidak beruntung jika melihat perekonomian di atas kita sehingga kita sering tidak bersyukur atas apa yang telah kita dapatkan…. Kita merasa kadang hidup sangatlah sulit dan atas itu semua kita mencari alasan untuk menyalahkan siapa atau apa….. Jarang atau bahkan kurang kita dalam melihat kenyataan yang ada disekitar kita.

Ada beberapa cara mungkin yang dapat kita jalankan jika ingin rejeki kita lancar dan berlimpah, di antaranya adalah :

1. Taqwa
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS ath-Thalaq: 2-3).

2. Tawakal
Nabi s.a.w. bersabda: “Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

3. Shalat
Firman Allah dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya.” (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

4. Istighfar
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirim-kan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu ke-bun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS Nuh: 10-12).

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka,” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai, Ibnu Majah dan al-Hakim).



5. Silaturahmi
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturahim.”

6. Sedekah
Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7. Berbuat Kebaikan
“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Alqashash:84)

Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah tdk akan zalim pd hambanya yg berbuat kebaikan.Dia akan dibalas dengan diberi rezeki di dunia dan akan dibalas dengan pahala di akhirat.(HR. Ahmad)

8. Berdagang
Dan Nabi SAW bersabda: “Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (Riwayat Ahmad)

9. Bangun Pagi
Fatimah (putri Rasulullah) berkata bahwa saat Rasulullah ( S.A.W.) melihatnya masih terlentang di tempat tidurnya di pagi hari, beliau (S.A.W.) mengatakan kepadanya, “Putriku, bangunlah dan saksikanlah kemurahan-hati Tuhanmu, dan janganlah menjadi seperti kebanyakan orang. Allah membagikan rezeki setiap harinya pada waktu antara mulainya subuh sampai terbitnya matahari. ( H.R. Al-Baihaqi)

Aisyah juga meceritakan sebuah hadits yang hampir sama maknanya, yang mana Rasulullah (S.A.W.) bersabda, “Bangunlah pagi-pagi untuk mencari rezekimu dan melakukan tugasmu, karena hal itu membawa berkah dan kesuksesan. (H.R. At-Tabarani)

10. Bersyukur
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim:7)

Semoga kita dapat melakukan dan mempraktekannya demi kehidupan yang lebih baik. Amin ya Rabbi…..

April 28, 2010

HIKMAH




Suatu saat, seorang ahli hikmah, Ibrahim bin Adham didatangi oleh orang yang mengaku ahli maksiat. Ia mengutarakan niatnya untuk keluar dari kubangan dunia hitam. Ibrahim bin Adham memberikan nasihatnya, seraya berkata, "Jika ingin menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka tak mengapa kamu meneruskan kesukaanmu berbuat maksiat."

Mendengar perkataan Ibrahim, ahli maksiat dengan penasaran bertanya, "Ya Abu Ishaq (panggilan Ibrahim bin Adham), apa syarat-syaratnya?" Ibrahim bin Adham berkata, "Pertama, jika ingin melakukan maksiat kepada Allah, janganlah kamu memakan rizki-Nya." "Lalu aku harus makan dari mana? Bukankah semua yang ada di bumi ini rizki Allah?" kata sang ahli maksiat keheranan.

Ibrahim bin Adham berkata lagi, "Ya, kalau sudah menyadarinya, masih pantaskah kamu memakan rizki-Nya, sedangkan kamu melanggar perintah-perintah-Nya.

Kemudian syarat yang kedua, kalau ingin bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah kamu tinggal di bumi-Nya. "Ya Abu Ishaq, kalau demikian, aku akan tinggal di mana? Bukankah semua bumi dan isinya ini kepunyaan Allah?" kata lelaki itu.

"Ya Abdullah, renungkanlah olehmu, apakah masih pantas memakan rizki-Nya, sedangkan kamu masih hendak melanggar perintah-Nya?" kata Ibrahim.

"Ya benar, " kata lelaki itu tertunduk malu.
Ibrahim bin Adham kembali berkata, "Syarat ketiga, kalau ingin juga bermaksiat, mau makan rizki-Nya, mau tinggal di bumi-Nya, maka carilah suatu tempat yang tersembunyi dan tidak dapat dilihat-Nya."

"Ya Abu Ishaq, mana mungkin Allah tidak melihat kita?" ujarnya.
Sang ahli maksiat itu pun terdiam merenungkan petuah-petuah Ibrahim. Lalu ia kembali bertanya, "Ya Abu Ishaq, kini apa lagi syarat yang ke empat?"

"Kalau malaikat maut datang hendak mencabut ruhmu, katakanlah, "Undurkanlah kematianku. Aku ingin bertaubat dan melakukan amal sholeh." kata Ibrahim.
"Ya Abu Ishaq, mana mungkin malaikat maut mau mengabulkan permintaanku itu." jawab lelaki itu.

"Baiklah ya Abu Ishaq, sekarang sebutkan apa syarat yang ke lima?" tanyanya lagi.
"Kalau malaikat Zabaniyah hendak membawamu ke neraka di hari kiamat, janganlah engkau mau ikut bersamanya."

"Ya Abu Ishaq, jelas saja mereka (malaikat Zabaniyah) tidak akan mungkin membiarkan kau menolak kehendak-Nya." ujar lelaki itu.

"Kalau demikian, jalan apa lagi yang dapat menyelamatkanmu ya Abdullah?" tanya Ibrahim bin Adham. "Ya abu Ishaq, cukuplah! Cukup! Jangan engkau teruskan lagi, mulai detik ini aku mau beristighfar dan mohon ampun kepada Allah. Aku benar-benar ingin bertaubat." ujar lelaki itu sambil menangis penuh penyesalan.

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???


Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia...
Pernikahan kami sederhana namun meriah...
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...
Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci...
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku? sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.

Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku?

Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka?

Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al ? Qur?an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.

Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.

Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, ?Assalammu?alaikum? dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata ?Assalammu?alaikum?, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku, "Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri"

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, "lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja."

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.

Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
--------------------------
----------------------------------------------------------------------
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.

Aku bertanya, "Ada apa kamu memanggilku?"
Ia berkata, "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"

Aku menjawab, "Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?"

"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku", jawabnya tegas.

"Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?", tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

"Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti", jawabnya tegas.

"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?", lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.

Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.

Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..

Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, ?kapankah ia segera pulang?? aku tak tahu..

Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.

Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung?

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.

Ia menulis, ?aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi?.

Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.

Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..

Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.

Biasa nya kami selalu berjama?ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka?at.

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.

Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, ?Loe pikir aja sendiri!!!?. Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.

Aku hanya berdo?a semoga suamiku sadar akan prilakunya.

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.

Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.

?Ya, ada apa Yah!? sahutku dengan memanggil nama kesayangannya ?Ayah?.

?Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.? Jawabnya tegas.

?Ada apa? Mengapa??, sahutku penuh dengan keheranan.

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan ?Kau ikut saja jangan banyak tanya!!?

Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.

Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..

Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.

Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

?Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha?. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.

?Ada apa ya Nek?? sahutku dengan penuh tanya..

Nenek pun menjawab, ?Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!?.

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?

?Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.? Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

?Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya?, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, ?kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan??

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

?Fish, jawab!.? Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.

?Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.?

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, ?Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah??

Suamiku menjawab, ?Dia Desi!?

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ?Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.?

Ayah mertuaku menjawab, ?Pernikahannya 2 minggu lagi.?

?Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok?, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..

Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, ?sudah tidak cantikkah aku ini??

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, ?terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.?

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.

Dalam hatiku bertanya, ?mengapa ia sangat cuek?? dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, ?sudah malam, kita istirahat yuk!?

?Aku sholat isya dulu baru aku tidur?, jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.

Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.

Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle ?Aku Mencintaimu Suamiku.?

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.

?Apakah kamu sudah siap??

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :

?Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do?a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..?, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab ?Lalu apa Bunda??

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar?

?Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan??, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, ?Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda??, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, ?Kita liat saja nanti ya!?. Dia memelukku dan berkata, ?bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama?.

Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, ?Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.? Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ?Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah?.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ?bunda baik-baik saja kan?? tanyanya dengan penuh khawatir.

Aku pun menjawab, ?bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang?. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.

Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, ?Ayah jangan!!?, tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya? aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?

Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.

Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

?Kamu datang ke sini, aku pun tahu?, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, ?maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku?

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, ?Bunda kok kurus??

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata, ?Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi??

?Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.? Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.

Lalu suamiku berkata, ?Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat ?seperti itu? dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (?seperti itu?). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda?

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab, ?Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.?

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.

Keesokan harinya?

Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit..

Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..

Aku merasakan tanganku basah..

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ?Bunda, Ayah minta maaf??

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih, ?Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..?

?Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah? !!! Bunda sayang banget sama Ayah.?

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.

Untuk Ibu mertuaku : ?Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo?a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.?

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.

Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..

Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?

Ayah.. aku masih tak rela.
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum ajal ini menjemputku.

Ayah.. aku kangen ayah..


Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.

Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..

Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.

Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..

Ayah Sayang Bunda

April 27, 2010

SAAT DIRI HARUS BERANJAK PERGI..." ( DZIKRUL MAUT )


Jiwa meregang...tubuh pun bergetar hebat,
berbaur jeritan ketakutan atau linangan air mata bahagia karena ingin bertemu Rabb-nya.
Ditarik, dan dicabut dari setiap urat nadi, syaraf, dan akar rambut.
Ini sebuah titah,
ia harus kembali kepada pemilik-Nya. Allahu Akbar…….
janji-Mu telah tiba.

Yaa Robbi.... alangkah sakit nya Perih laksana tiga ratus tusukan pedang, atau
Ringan bagaikan sebuah pengait saat dimasukkan dan ditarik dari gumpalan bulu yang basah.
Duhai jiwa, seandainya engkau tahu bahwa sakaratul maut itu lebih ngeri dan dahsyat dari semua yang ada.

Sayup terdengar lantunan ayat suci dan sesegukan air mata yang tumpah.
Lalu…. hening berbalut sepi. Semakin hening, bening menggantikan hingar bingar dunia di kala pagi yang penat dan siang yang meranggas.

Diam pun menyisakan kepiluan, kesedihan atau berjuta kenangan.

Dia telah pergi, dan tak akan pernah kembali.
Yaa Allah...inikah kepastian yang telah Engkau tetapkan?

Mana tumpukan harta yang telah terkumpul sekian lama?
Pelayan setia, rumah mewah, kendaraan,kebun rindang dan subur, pakaian indah, dan orang-orang tercinta, dimanakah kini kalian berada? Semua telah direnggut kematian, dicampakkan, dan dihempaskannya kenikmatan dunia yang dahulu sangat dielu-elukan.
Adakah segala amanah dapat menuai pahala, duhai Allah.

Kegelapan pun menyeruak, hitam pekat laksana jelaga, sungguh mengerikan. sebagian jiwa yang akan berteman dengan amalan jahat hingga tibanya hari kiamat. Mencekam, berbaur jeritan keras memekakkan telinga, "Jangan Kau datangkan kiamat yaa Allah, sungguh aku disini sudah sangat tersiksa!!!" .

Bagi sebagian lainnya, alam kubur justru membuat bahagia.
Berteman amal sholeh yang diibaratkan sebagai manusia dengan paras sangat menyenangkan. Lalu ia pun menjerit, menangis bahagia

"Datangkan hari kiamat sekarang yaa Allah, aku ingin segera ke sana!!!"

Kematian...
Erat menyiratkan takut dan pilu serta lantunan senandung duka.
Menciptakan nada pedih dan gamang yang kadang menghujam iman, hingga hati pun bertanya,mengapa selalu ada perpisahan?

Rasa itu menghantam dan menikam pada keluarga yang ditinggalkan.

Namun kematian adalah suatu keniscayaan, karena ia telah dijanjikan.

Kematian pun hakikatnya adalah sahabat akrab bagi setiap yang bernyawa.
Sayang, kesadaran itu baru menghentak saat orang yang kita cintalah yang direnggutnya.

Ketika itu auranya begitu dekat, serasa setiap helaan nafas beraroma kematian.

Duhai jiwa... Sadarkah engkau bahwa kelak kuburan adalah tempat peristirahatan?
Sudahkah engkau siapkan malam pertama di sana,
seperti kau sibukkan diri menjelang malam pertama pernikahan?
Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah malam yang sangat mengerikan, yang membuat orang-orang sholeh menangis saat memikirkannya.

Kau gerakkan lidahmu untuk membaca kitab suci, tetapi tingkah lakumu tak pernah kau selaraskan.

Kau kenal setan, tapi kau jadikan teman.

Kau kejar harta, tapi kau lupa berderma.

Kau katakan ingin masuk surga, tapi tak pernah berhenti berbuat dosa.

Tak henti-hentinya kau sibukkan dirimu dengan kesalahan saudaramu , padahal engkau pun bukan manusia suci.
Saat kau kebumikan sahabat-sahabat yang telah mendahului,
mengapa kau mengira dirimu tak akan pernah mati? Ampuni dosaku...

Duhai Allah... Engkau yang Maha Mendengar Dengarkan munajat ini yaa Robbi, berilah kesempatan untuk kami selalu memperbaiki diri Jadikan diri ini bersih, hingga saat menghadap-Mu nanti

Ringankan kematian kami yaa Allah, mudahkanlah duhai …Pemilik Jiwa Jadikan hati ini ikhlas saat malaikat maut menyapa ,Hingga kematian menjadi sangat indah, kematian yang khusnul khaatimah

Aamien Ya Robb..

Doa Adalah Ibadah Dan Sumber Kemuliaan Sejati



Dalam sebuah hadis Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa doa merupakan ibadah. Lalu beliau mengutip sebuah ayat dari Al-Qur’an yang menggambarkan bahwa doa merupakan perintah Allah. Allah juga berfirman bahwa orang yang menyombongkan diri dengan tidak menyembah Allah alias tidak beribadah kepada Allah, maka tempatnya di neraka. (QS Al-Mu’min ayat 60)



Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Do’a itu adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca: Rabbmu berfirman:"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (HR Tirmidzi 3294)

Betapapun banyaknya kebaikan seseorang bila tidak diiringi dengan kerendahan hati untuk memohon dan merasa butuh kepada Allah melalui doa, maka orang itu tidak akan memperoleh ganjaran atas segenap kebaikannya tersebut. Demikian diriwayatkan oleh istri Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, Aisyah radhiyallahu ’anha.



Berkata Aisyah: “Ya Rasulullah, di masa jahiliyyah Ibnu Jud’an menyambung tali silaturrahim dan memberi makan kepada orang miskin. Apakah hal itu dapat memberikan manfaat bagi dirinya?” Nabi menjawab: “Semua itu tidak akan memberikan manfaat baginya karena sesungguhnya dia tidak pernah seharipun berdoa: ”Ya Rabbku, ampunilah kesalahanku pada hari Kamat.” (HR Muslim 315)



Berdoa kepada Allah, saudaraku, merupakan perkara yang sangat penting dan sekaligus mulia. Orang yang rajin berdoa kepada Allah bukan berarti ia menjadi orang yang hina dan lemah. Benar, ia hina di hadapan yang Maha Mulia, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Benar, ia lemah di hadapan Yang Maha Perkasa, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Tetapi ia bukan orang yang hina dan lemah di hadapan manusia. Kenapa? Karena orang ini berarti sangat faham kedudukan dirinya yang sebenarnya di dunia ini. Ia sangat mengerti bahwa segala upaya manusia untuk tampil mulia dan kuat di hadapan manusia lainnya tidak akan pernah tercapai bila ia justru menghadapkan wajahnya kepada segenap kemuliaan dan kekuatan palsu dunia ini. Hanya dengan menghadapkan wajah kepada Allah sematalah seseorang bakal meraih kemuliaan sejati.

Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan bersibuk-sibuk mengejar harta dan kekayaan dengan asumsi bahwa bila ia sudah kaya dan banyak harta maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat. Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan pontang-panting mengejar jabatan dan kekuasaan dengan asumsi bahwa bila ia sudah menjadi pejabat dan berkuasa maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat. Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan jungkir-balik mengejar popularitas dan ketenaran dengan asumsi bahwa bila dirinya telah menjadi populer atau menjadi seorang selebritis maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat.

Saudaraku, sumber kemuliaan seseorang terletak pada kerajinan dan kesungguhannya berdoa dan bermunajat kepada ilahi Rabbi. Bahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan kegiatan berdoa sebagai perkara yang paling mulia di sisi Allah.



Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah daripada do’a.” (HR Ibnu Majah 3819)

Saudaraku, perlu diketahui pula bahwa bagi Allah adalah sangat mudah untuk mengabulkan doa seseorang . Tetapi ada syaratnya. Hendaklah si Muslim berdoa dalam keadaan hati yang hadir, hati yang bersungguh-sungguh mengharapkan ijabah (pengabulan) dari Allah dan tentunya hati yang tidak lalai. Semoga Allah senantiasa mendengarkan dan mengabulkan segenap doa kita yang isinya mendatangkan keridhaanNya. Amin.



Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan di-ijabah dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (HR Tirmidzi 3401)


Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-adalah-ibadah-dan-sumber-kemuliaan-sejati.htm







MASA DEPAN TAK PASTI

Mario Teguh Golden Ways
Sahabat Indonesia yang super,
yang sedang memastikan bahwa yang dilakukannya memperbesar kemungkinan keberhasilan masa depannya.

Mudah-mudahan sapa saya di Selasa yang sama kemungkinannya bagi keberkahan hidup kita dengan hari lain dalam minggu yang menantang ini, menjumpai Anda dalam kesehatan dan kesungguhan kerja yang super.

Saya pernah menerima pertanyaan dari seorang rekan, mengenai tujuan dari dua paragraph di atas, yang selalu menjadi pembuka dari sapa saya kepada para sahabat.

Saya sampaikan kepadanya, bahwa jika seseorang tidak sempat membaca keseluruhan tulisan saya, dua paragraph itu berisi doa-doa yang sudah lebih dari cukup, karena jika dia meng-amini-nya dan menyesuaikan kesungguhan kerjanya, apa lagikah yang dibutuhkannya?

Dalam ketidak-pastian kehidupan kita hari ini, tidak ada satu orang pun yang bisa mengabaikan tambahan doa bagi kebaikan hidupnya.

So …, MASA DEPAN TAK PASTI, itu adalah judul MT Golden Ways di Metro TV pada Minggu malam yang lalu, yang hari ini saya sampaikan sedikit ulasannya, untuk penikmatan di ruang keluarga kita yang ramah dan santun ini.

Please kindly enjoy, absorb, and apply.

………..

Mario Teguh Golden Ways
MASA DEPAN TAK PASTI

………..

Sahabat saya yang hatinya baik,

Ijinkan saya memulai dengan menyimpulkan yang sebetulnya telah benar sepanjang sejarah kemanusiaan, bahwa …

Masa depan memang selalu tidak pasti.

Ketidak pastian masa depan bukanlah sesuatu yang baru saja terjadi. Karena, kepastian masa depan adalah kewenangan penuh Tuhan, bahkan sebelum penciptaan waktu.

Maka, anjurannya bagi kita adalah:

1. Damaikanlah diri ini dengan kenyataan bahwa memang masa depan akan selalu tidak pasti.

2. Ikhlaskanlah diri ini untuk menjadi sebaik-baiknya SEBAB bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup kita.


………..

Maka, marilah kita pegang logika pembongkar batasan mental berikut ini, yang mungkin selama ini mengusik kedamaian kita

Jika segala sesuatu tidak pasti, maka semuanya mungkin.

Jika adik-adik dan anak-anakku terkasih, merasa tidak pasti lulus
, berarti ada kemungkinan untuk lulus.

Tinggal sekarang, apakah kalian termasuk murid dan mahasiswa yang sikap dan perilakunya PANTAS untuk lulus. Sebetulnya, … itu saja.

Jika kita memulai usaha sendiri, karena ingin memenuhi panggilan hati untuk menjadi pribadi yang bebas membangun kemandirian finansial - akan selalu ada kemungkinan untuk gagal. Tetapi, itu juga berarti akan selalu ada kemungkinan untuk berhasil.

Tinggal sekarang, apakah kita termasuk pribadi yang tulus dalam melayani bagi keuntungan pelanggan kita, rajin, bekerja keras, menggunakan hasil dari usaha sebagai penguat usaha berikutnya, dan sebagai penafkah yang jujur bagi kebaikan keluarga.

Itu sebabnya, tugas kita BUKAN HANYA berupaya, tugas kita adalah berupaya dengan kejujuran yang utuh, dengan kesungguhan yang penuh, dan dengan niat yang murni untuk berperan bagi kebaikan kehidupan sesama.

Upaya adalah pengubah nasib.

Jangan pernah sepelekan upaya.
Jangan pernah katakan HANYA bagi upaya Anda.


Memang betul semuanya ditetapkan dan ditentukan oleh Tuhan. Tetapi upaya Anda adalah KEHARUSAN yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai syarat pemenuhan semua permintaan Anda.

Jangan pernah katakan ‘kita HANYA berupaya.’

Upaya adalah syarat. Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, KECUALI jika kaum itu berupaya.


Berarti, bagi orang yang TIDAK berupaya, tidak ada apa dan siapa pun yang bisa menolongnya, karena Tuhan tidak akan mengubah nasib orang itu, kecuali jika dia berupaya.

Itu sebabnya, tidak ada orang tua, Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Kepala Desa, dan tidak ada pemuka apa pun yang bisa menolong warganya yang malas dan gemar berkecil hati.

Upaya adalah pengubah nasib.

Jangan pernah katakan HANYA untuk upaya.


………..

Sahabat saya yang besar impian-impian hatinya,

Masa depan memang tidak pernah pasti.

Tetapi, …

Justru dalam keadaan yang tidak pasti, kita berkesempatan untuk mencoba yang tidak mungkin dalam keadaan biasa .

Apakah ada paksaan yang lebih hebat untuk belajar, daripada rasa takut karena kemungkinan besar kita tidak lulus?

Apakah ada kekuatan yang lebih besar untuk mengingatkan kita, agar kita menjadi murid dan mahasiswa yang baik, selain saat kita sangat ketakutan tidak lulus?

Tetapi akan selalu ada murid dan mahasiswa yang belajar untuk takut dan kemudian TIDAK takut, TANPA memperbaiki sikap dan perilaku. Mereka akan memasuki masa depan yang pasti tidak damai, yang pasti tidak membanggakan, dan yang pasti sulit dihargai tinggi oleh orang yang akan mempekerjakannya nanti.

Maka marilah kita mencoba melakukan yang selama ini sudah kita ketahui sebagai yang baik.

Siapa pun yang menunda melakukan yang baik,
harus ikhlas hidup dan bernafas dalam kegelisahan.


Maka, jika kegelisahan adalah hadiah bagi penundaan dan penghindaran kita dari bersikap dan berlaku baik,

BERARTI …

Kedamaian dan kegembiraan adalah hadiah bagi penyegeraan dan kesungguhan kita untuk bersikap dan berlaku baik.

Sahabat saya, … Anda sangat disayangi oleh Tuhan.

Sekarang,
cobalah pikirkan yang ini,
dan lihatlah melalui jendela hati Anda yang mulia:

Siapakah yang lebih berpedih hati?

Tuhan, yang menyangi kita, tetapi ‘terhalangi’ oleh ketidak-sediaan kita untuk bersikap dan berlaku yang menjadikan-Nya ‘bebas’ menghadiahi kita dengan rahmat bagi upaya kita?

Atau,

Orang yang gemar mendahulukan istirahat dan kesenangan sementara, yang menunda yang sudah diketahuinya harus dilaksanakan, yang hanya berdoa tetapi tidak bertindak, yang bertindak kecil tetapi meminta yang besar, dan yang berprasangka tidak ramah kepada niat-niat mulia Tuhan?

Siapakah yang lebih berpedih hati?

Marilah kita ikhlaskan hati kita untuk menerima, bahwa …

Kebahagiaan Tuhan adalah pembuka pintu-pintu rahmat.

Bukankah telah lama disampaikan berita gembira ini kepada kita?

Bahwa, …

Dalam peran kita bagi kemanusiaan, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

Dan, …

Dalam hubungan kita dengan Tuhan, sebaik-baik manusia adalah yang dekat dan taat kepada Dzat Yang Tiada Berbanding.

My dearest friend, … faith is beautiful!

… iman itu indah.

………..


Sahabat saya yang super

Begitu dulu ya?

Jika Anda menginginkannya, saya akan melanjutkan bahasan mengenai upaya untuk menjadi penyebab bagi kepastian kualitas hidup kita di masa depan, dalam Golden Points berikutnya.

Mudah-mudahan sedikit bahasan mengenai upaya kita sebagai pribadi nyata yang berupaya berperan dalam kegaiban masa depan ini, berguna bagi Anda, dalam memajukan kedamaian dan kegembiraan dalam diri Anda.

Mudah-mudahan Tuhan men-tegaskan sikap kita saat kita seharusnya tegas, menguatkan kita bagi beban-beban yang besar, dan memampukan kita untuk merampungkan pekerjaan-pekerjaan yang penting bagi kesejahteraan dan kebahagiaan kita bersama keluarga terkasih.

Sampai kita bertemu dan berjabat-tangan suatu ketika nanti, dan terlibat dalam perbincangan yang akrab dan penuh kegembiraan, dalam persaudaraan dan persahabatan yang tulus.

Mohon disampaikan salam sayang dari Ibu Linna dan saya, untuk keluarga Anda tersayang.

Loving you all as always,

KISAH ABDULLAH BIN KHUDZAFAH DAN RAJA YANG KEJAM

Ibnu Katsir dan lainnya meriwayatkan, Umar bin Khattab ra. mengutus pasukan melawan Romawi. Ikut serta dalam pasukan ini, seorang sahabat muda bernama Abudullah bin Khudzafah ra. Perang pun berkecamuk hebat. Kehebatannya menyisakan dercak kagum panglima Romawi atas keteguhan kaum Muslimin dan keberanian mereka menghadapi maut.

Kemudian raja Romawi memerintahkan agar pasukan Muslimin yang mereka tawan dihadapkan kepada mereka. Didatangkanlah di hadapannya, Abdullah bin Khudzafah ra. Ia diseret dengan tangan yang dirantai dan kaki yang diikat.

Setelah berbincang-bincang dengannya, raja kagum atas kecerdasannya. Ia berkata kepada Abdullah, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” Abdullah ra. menolaknya. Raja tetap menawarinya lagi, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberikan separo kekuasaanku.”

Namun Abdullah tetap tegas menolaknya. “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberi separo dari kekuasaanku dan kuikutsertakan kau dalam pemerintahanku,” desak raja. Abdullah berkata, “Demi Allah, andai saja engkau berikan seluruh kekuasaanmu dan kekuasaan nenek moyangmu kepadaku bahkan seluruh kekuasaan Arab dan Ajam (non Arab), aku tetap tak sudi untuk keluar dari Islam.” “Kalau begitu kamu akan kubunuh,” putus raja. “Bunuhlah,” jawab Abdullah.

Raja memerintahkan pasukannya agar menyalib Abdullah bin Khudzafah, lalu menyuruh pasukan pemanah untuk melepaskan anak panah ke tubuh Abdullah. Tetapi raja berpesan, jangan samapi anak panah itu mengenai tubuh Abdullah (hanya untuk menakut-nakuti, pent.). Saat anak-anak panah meluncur ke sekitar tubuhnya, raja tetap menawarinya untuk masuk ke agama Nasrani. Dan seperti sebelumnya, Abdullah ra. menolak dengan tegas. Ia lebih memilih kematian.

Melihat ketegaran Abdullah, raja memerintahkan agar dia dikembalikan ke penjara. Kali ini, ia tidak diberi makan dan minum. Sampai ketika Abdullah ra. hampir mati karena haus dan lapar, mereka memberinya arak dan daging babi. Melihat kedua hidangan ini Abdullah berkata, “Demi Allah, aku tahu arak dan daging babi ini sebenarnya halal bagiku. Tetapi aku tidak ingin orang-orang kafir itu bersorak gembira karenanya.” Hidangan itu tidak disentuhnya. Hal ini dilaporkan kepada raja.

Kemudian ia menyuruh agar dihadirkan seorang wanita penggoda di hadapan Abdullah. Masuklah wanita itu ke sel Abdullah ra. Ia beraksi di muka Abdullah, meliuk-liukkan tubuh untuk menggodanya. Namun sedikit pun Abdullah ra. tidak menoleh kepadanya. Mengetahui sikap Abdullah seperti itu, wanita tersebut keluar sel sambil menggerutu. Ia berkata kepada raja dan pasukannya, “Kalian telah menyuruhku menggoda seorang lelaki, yang aku tak tahu apakah ia seorang manusia atau seonggok batu. Demi Allah, dia tidak tahu apakah aku seorang perempuan atau lelaki.”

Akhirnya raja putus-asa membujuk Abdullah. Ia menyuruh pasukannya membuat tungku api dan memanaskan minyak hingga mendidih. Kemudian Abdullah bin Khudzafah diberdirikan menghadap minyak yang telah mendidih itu.

Sejurus, didatangkanlah seorang Muslim yang juga menjadi tawanan. Dengan kondisi badan terikat, ia diceburkan ke minyak mendidih tersebut hingga jasadnya lenyap ditelan didihan minyak. Tulang belulangnya berserakan menyembul ke atas permukaan minyak. Abdullah ra. menyaksikan sendiri pemandangan itu. Di saat seperti itu, kembali raja menyarankan Abdullah agar murtad. Namun ia tetap menolaknya.

Raja naik pitam dan segera memerintahkan agar Abdullah diceburkan ke tungku. Ketika ia digiring mendekati tungku dan merasakan panasnya api, air matanya meleleh. Abdullah menangis. Raja mengetahui hal tersebut bergembira (mengira Abdullah takut, pent.)

“Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” “Tidak,” jawab Abdullah. “Lalu mengapa kamu menangis?” tanya raja. “Aku menangis karena hanya memiliki satu nyawa, sehingga aku langsung mati ketika diceburkan ke tungku ini. Demi Allah, aku ingin memiliki seratus nyawa, yang semuanya kugunakan untuk mati di jalan Allah, seperti kematian yang akan aku hadapi ini.”


Raja berkata, “Ciumlah kepalaku, kau akan kubebaskan.” “Dan kau bebaskan pula seluruh kaum Muslimin yang kau tawan” tawar Abdullah. “Ya,” jawab raja. Abdullah lalu mencium kepala raja. Setelah itu, raja memutuskan untuk membebaskan seluruh kaum Muslimin yang ditawan.

*******
Subhaanallaah! Bagaimana keadaan kita hari ini jika dibandingkan dengan keteguhan Abdullah seperti di atas?

Janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.

Sungguh naif. Sebagian kaum Muslimin hari ini rela menggadaikan diennya untuk mendapatkan harta atau memenuhi shahwatnya dan tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Selanjutnya mati secara su’ul khaatimah. Na’udzubillah.


(Sumber : Al-Qarni A, Muhammad bin Abdurrahman Al-Uraifi, Muhammad HY. Malam Pertama di Alam Kubur. 2004. Solo : Aqwam. Hal21-4. )

MULAILAH DARI DIRI SENDIRI

"Berusahalah untuk selalu menjadi pihak pertama yang menunjukkan cinta dan perhatian Anda kepada orang lain. Jangan menuntut perhatian dan cinta mereka untuk diperlihatkan lebih dahulu. Itulah satu-satunya cara yang saya ketahui untuk ke luar dari kegelapan hidup," demikian dikatakan Ny.Eunice Chew (52 tahun), salah satu finalis pemilihan ibu teladan se-Singapura tahun ini.

Diadopsi oleh pasangan Teochew yang kaya-raya dan sudah memiliki seorang putra tapi masih ingin punya anak perempuan, maka masa kanak-kanak Chew dipenuhi kemewahan. Liburan keluarga sering dilewatkan di luar negeri.

Pasangan Teochew menyayangi putrinya dengan cara mereka. Menurut cerita Chew, mereka adalah produk pendidikan kuno yang tidak mengenal pelukan kepada anak-anak untuk meyakinkan mereka dari waktu ke waktu bahwa orangtua menyayangi anak-anak.

Akibatnya, Chew tumbuh menjadi wanita yang haus kasih sayang. Ia menikah pada usia 17 tahun dengan seorang pegawai transportasi yang bangkrut. Dari pria itu diharapkannya akan datang kasih sayang yang dicarinya.

Ternyata ia menikah dengan pria yang suka menyiksa istri. Perkawinan itu bertahan lima tahun, dikaruniai dua anak. Tak lama setelah bercerai, ayah angkat Chew wafat karena sakit. Pembagian warisan menimbulkan pertikaian di dalam keluarga besar Teochew. Akhirnya Chew ternyata tidak kebagian apa-apa selain kewajiban mengurusi ibu angkatnya yang sudah buta dan lumpuh.

Chew menjual susu coklat Milo untuk menyambung hidupnya.

"Ini pengalaman pertama saya harus bekerja mencari uang. Setiap malam saya menangis karena tidak mengerti berbisnis. Apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya?," kata Chew dalam wawancara kepada harian Singapura The Straits Times.

Ia bertahan dua tahun di pekerjaan itu.

"Bagaimanapun susahnya saya mendapatkan uang, saya selalu memastikan bahwa ibu mendapat ayam goreng dan ikan setiap hari. Dia memang buta dan lumpuh, tetapi dia membantu saya mengurus anak-anak sehingga saya bisa bekerja mencari uang," katanya.

Ia kemudian ganti pekerjaan, menjadi koki sebuah toko makanan. Sekitar dua tahun kemudian ganti lagi menjadi penjual pakaian. Setiap hari ia membopong empat kantong penuh berisi baju untuk dijual. Tentu saja dengan menumpang kendaraan umum.

Pada waktu bersamaan, ia menambah pekerjaannya dengan dua hal lain, yaitu menjadi makelar rumah dan mobil bekas, serta memanfaatkan bakatnya di bidang seni. Setiap malam Chew mendesain beberapa pola kain untuk sebuah perusahaan garmen di Jepang. Lumayan pendapatannya. Tapi akhir 1970-an, pasar retail tekstil melemah, Chew beralih menjadi pelayan restoran.

Beberapa lama kemudian meningkat jadi pimpinan pelayan dan kemudian menjadi
manajer untuk bidang seni.

"Ketika itu saya mulai sering terbang ke luar negeri untuk bernegosiasi dengan artis-artis terkenal agar mereka tampil di restoran saya. Sementara itu, saya tetap meneruskan pekerjaan sambilan yang dulu, yaitu menjual rumah dan mobil, baik yang baru maupun bekas pakai."

Chew kemudian berhasil mengumpulkan uang cukup banyak untuk mendirikan bisnis sendiri di bidang perlengkapan mode, tetapi dua asistennya kemudian membawa pergi semua tabungannya.

"Ketika itu saya sedang sangat membutuhkan uang karena ibu berkali-kali masuk-ke luar rumah sakit. Hidup saya yang tadinya sudah enak, harus mulai dibangun lagi dari nol. Betapa bodohnya saya mempercayai mereka dengan uang sedemikian banyak," kata Chew.

Sempat terlintas pikiran untuk bunuh diri, tetapi bagaimana nasib anak-anak kelak? "Saya bersyukur memiliki teman-teman yang memberi dukungan moral dan bahkan meminjamkan uang. Atas bantuan mereka, saya berhasil melewati
kesulitan."

Chew sekarang memiliki penghasilan besar dari merawat orang-orang Indonesia yang berduit, yang sedang dirawat di Singapura karena baru melahirkan atau sedang terbaring di rumah sakit.

Ia juga menjalankan bisnis yang amat menguntungkan juga, yaitu membuat dan menjual tonik tradisional Tiongkok.

Chew menambah kegiatannya dengan menjadi konsultan tanpa bayaran bagi kaum istri yang menderita karena suaminya tidak setia, dan bagi orang-orang yang lama menderita sakit, atau berpenyakit tak tersembuhkan.

"Hidup telah mengajarkan saya bahwa selalu ada jalan ke luar dari setiap kesulitan. Pasti ada solusi yang masuk akal," kata Chew.

"Yang Anda butuhkan adalah waktu untuk menenangkan diri, mengatasi gejolak
emosi, dan melangkah setapak demi setapak."

Ia menyarankan kepada mereka yang menghadapi kesulitan, agar menulis daftar
kesulitan itu pada sehelai kertas. Kemudian bacalah apa yang ditulis itu, dan tanyakan pada diri sendiri, 'Apa hal terkecil yang dapat saya lakukan hari ini untuk mengatasi kesulitan itu?'

"Gelindingkan batu-batu karang yang kecil dari hidup Anda, sampai akhirnya Anda punya kekuatan untuk mendorong batu karang yang besar.

Saya melihat orang-orang yang sakit berusaha keras untuk bisa hidup. Dunia ini berubah terus sepanjang waktu. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Maka jangan sakiti hati siapapun. Selalu pertimbangkan perasaan orang lain terlebih dahulu, bukan perasaan Anda sendiri.

Kita memang cenderung untuk melihat sisi buruk orang lain, walaupun karakter mereka mungkin 99 persennya baik, hanya satu persen yang buruk. Mengapa tidak bersabar dengan memberikan mereka waktu untuk menunjukkan yang 99 persen itu?

Di pagi hari, Anda dapat membuatkan minuman panas untuk keluarga Anda, dan duduk menemani mereka beberapa menit, kemudian memeluk dan menciumi mereka sebelum semuanya pergi ke tempat kerja atau ke sekolah. Sekitar 10 menit sebelum tidur malam setiap hari, berkumpullah bersama keluarga untuk berbagi cerita mengenai peristiwa sepanjang hari tadi," demikian Ny.Chew.

sumber: Cetivasi

BERLOMBA-LOMBA untuk AKHIRAT

Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu (Al-Abrar) benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Al-Muthaffifin: 22-26)
Merupakan kecenderungan manusia bahwa ia ingin unggul atas orang lain dan berada pada posisi yang lebih tinggi atau lebih baik dalam kehidupannya. Jika kecenderungan ini tidak diarahkan, maka manusia cenderung melampiaskannya dalam urusan dunia dengan menghalalkan segala cara. Ayat ini ingin memberi gambaran tentang semangat berlomba yang benar yang ditunjukkan oleh orang-orang Abrar dalam urusan akhirat. Makanya secara korelatif, ayat di atas merupakan jawaban dan arahan Allah agar potensi dan semangat untuk mengungguli orang lain hendaknya diarahkan pada urusan akhirat. Dimana sebelumnya di awal surah Al-Muthaffifin, Allah menggambarkan semangat berlomba-lomba yang ditunjukkan oleh orang-orang yang curang dalam urusan dunia sampai mereka tega berlaku culas dan menzhalimi orang lain demi meraih keuntungan yang besar. Allah mengancam perilaku mereka dengan kecelakaan yang besar di akhirat kelak dan mendapat gelar buruk Al-Muthaffifin. “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (Al-Muthaffifin: 1-3)

Berdasarkan analisa maknanya, ayat ini menurut Ibnu Katsir senada dengan dua ayat lainnya dalam Al-Qur’an, yaitu firman Allah yang bermaksud, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar” (Al-Ma’idah: 119), dan firman Allah, “Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.” (Ash-Shaffat: 60-61). Kedua ayat ini menunjukkan bahwa keberuntungan dan kemenangan yang besar adalah dengan meraih surga Allah SWT. Dan hanya untuk meraih penghargaan itu, manusia memang diperintahkan untuk berlomba-lomba.

Menurut Ath-Thabari, sifat berlomba dalam urusan akhirat merupakan sifat puncak dan tertinggi dari orang-orang yang berbakti (Al-Abrar). Ia menjelaskan dalam tafsirnya, “Dan untuk meraih kenikmatan yang dicapai oleh orang-orang Abrar seperti yang digambarkan dalam ayat ini, hendaklah manusia berlomba-lomba. Dan berlomba tentunya dalam hal-hal yang bernilai dan berharga, bukan dalam urusan yang kecil atau sepele. Dan itulah asal arti kata “Al-Munafasah” yang berasal dari kata “nafis” yaitu hal yang bernilai dan berharga dan sangat menarik dan banyak dikejar oleh manusia. Makanya Muhammad Abduh menarik kesimpulan bahwa untuk kenikmatan yang tidak terhingga tersebut manusia sepatutnya tidak boleh mengalah dan harus berusaha lebih baik dan lebih dahulu dari orang lain.

Berdasarkan analisa bahasa menurut Al-Alusi, didahulukannya objek “Dan untuk yang demikian itu” atas perintah berlomba-lomba adalah untuk menarik perhatian atau sebagai batasan bahwa hanya untuk urusan akhirat hendaknya orang-orang itu berlomba-lomba, tidak untuk urusan yang lainnya. Apalagi perintah dalam ayat ini – menurut Ibnu Asyur – menggunakan “Lamul Amr” (huruf lam yang menunjukkan perintah) yang tidak digunakan kecuali untuk perintah yang sangat dituntut dan dianjurkan.

Secara hukum berdasarkan objeknya menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, berlomba dapat dibagi menjadi tiga:

* pertama, berlomba yang terpuji, yaitu dalam urusan amal ketaatan (akhirat);
* kedua, berlomba yang tercela, yaitu dalam urusan kemaksiatan;
* dan ketiga, berlomba yang dibenarkan, yaitu dalam hal-hal yang mubah.

Dan memang perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan merupakan benteng dari perilaku berlomba-lomba dalam kemaksiatan dan urusan dunia, karena demikian kecenderungan manusia akan berlomba mengejar kenikmatan dunia yang menggiurkan seperti yang dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, “Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya sepertimana yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya.” (Bukhari dan Muslim)

Pada realitasnya menurut Sayyid Qutb, tidak ada kebaikan sedikitpun pada tindakan dan perilaku berlomba-lomba dalam usaha mengejar dunia, bahkan sebaliknya justru akan menimbulkan konflik, kerusakan dan huru hara di atas muka bumi ini. Sedangkan sebaliknya, berlomba-lomba untuk meraih apa yang disediakan Allah SWT akan mampu mengangkat dan membersihkan diri manusia. Karena bagaimananapun kenikmatan dunia itu hanya berlangsung sesaat dan sangat cepat sirna. Manakala apa yang ada di sisi Allah akan kekal dan berlangsung tanpa batas. “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 96)

Pada tataran aplikasinya, ayat di atas dan ayat yang semakna dengannya merupakan motivasi terbesar bagi para sahabat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT sehingga mereka senantiasa berlomba dan ingin lebih dahulu melakukan kebaikan dibanding saudaranya yang lain. Sebut saja misalnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab ra. Ketika pada suatu hari Rasulullah SAW meminta para sahabatnya untuk menginfakkan apa yang dimilikinya dari harta, makanan dan senjata yang bisa dimanfaatkan dalam perang. Maka spontan Umar bin Khattab berkata kepada dirinya, “Demi Allah, saya akan mendahului Abu Bakar dalam kebaikan ini.” Umar yakin bahwa dirinya mampu menginfakkan lebih baik dari Abu Bakar. Kemudian ia membagikan hartanya menjadi dua bagian; satu bagian untuk keluarganya dan satu bagian lagi diserahkan untuk Rasulullah SAW. Rasulullah tersenyum bangga melihat perilaku sahabatnya dan memujinya. Namun tidak berapa lama kemudian, datanglah Abu Bakar dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah tersenyum bangga seraya bertanya kepadanya, “Lantas apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Dengan yakin dan penuh tawakkal, Abu Bakar menjawab, “Saya tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Demikianlah sikap orang-orang Abrar dari para sahabat terkemuka Rasulullah SAW. Allah memuji mereka dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (Al-Waqi’ah: 10-14). Demikianlah berlomba-lomba untuk meraih surga Allah adalah dengan bersegera melakukan kebaikan dan ketaatan, karena setiap muslim memang dituntut untuk berpacu membuka pintu-pintu kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT.

DR. Ahmad Asy-Syirbashi menuturkan tadabburnya terhadap ayat di atas dalam bukunya “Mausu’at Akhlaqul Qur’an”, bahwa sekarang ini manusia cenderung berbangga dan berlomba agar lebih kaya dari orang lain, lebih kuat, atau lebih tinggi kedudukannya daripada orang lain dan seterusnya. Mereka terus berbangga dan mengejar urusan duniawi dan hal-hal yang terbatas lainnya dengan penuh kesungguhan dan usaha yang maksimal. Padahal berbangga dengan hal-hal seperti ini sangat jauh dari kebenaran dan bertentangan dengan sikap orang-orang Abrar yang mendapat pujian Allah SWT dan diabadikan kisahnya untuk dijadikan teladan. Saatnya untuk menjadikan ayat di atas dan petunjuk Allah lainnya sebagai motivasi untuk berlomba meraih kenikmatan yang terbesar dengan ikut menjadi peserta yang terdepan dalam setiap ajang lomba kebaikan yang dianjurkan oleh Allah dan RasulNya. Semoga implementasi ayat tersebut di atas mewarnai setiap langkah kehidupan kita agar terhindar dari perlombaan meraih kenikmatan duniawi yang cenderung mengabaikan orang lain dan terkadang merampas hak-hak mereka.

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/berlomba-lomba-untuk-akhirat/