April 27, 2010

SAAT DIRI HARUS BERANJAK PERGI..." ( DZIKRUL MAUT )


Jiwa meregang...tubuh pun bergetar hebat,
berbaur jeritan ketakutan atau linangan air mata bahagia karena ingin bertemu Rabb-nya.
Ditarik, dan dicabut dari setiap urat nadi, syaraf, dan akar rambut.
Ini sebuah titah,
ia harus kembali kepada pemilik-Nya. Allahu Akbar…….
janji-Mu telah tiba.

Yaa Robbi.... alangkah sakit nya Perih laksana tiga ratus tusukan pedang, atau
Ringan bagaikan sebuah pengait saat dimasukkan dan ditarik dari gumpalan bulu yang basah.
Duhai jiwa, seandainya engkau tahu bahwa sakaratul maut itu lebih ngeri dan dahsyat dari semua yang ada.

Sayup terdengar lantunan ayat suci dan sesegukan air mata yang tumpah.
Lalu…. hening berbalut sepi. Semakin hening, bening menggantikan hingar bingar dunia di kala pagi yang penat dan siang yang meranggas.

Diam pun menyisakan kepiluan, kesedihan atau berjuta kenangan.

Dia telah pergi, dan tak akan pernah kembali.
Yaa Allah...inikah kepastian yang telah Engkau tetapkan?

Mana tumpukan harta yang telah terkumpul sekian lama?
Pelayan setia, rumah mewah, kendaraan,kebun rindang dan subur, pakaian indah, dan orang-orang tercinta, dimanakah kini kalian berada? Semua telah direnggut kematian, dicampakkan, dan dihempaskannya kenikmatan dunia yang dahulu sangat dielu-elukan.
Adakah segala amanah dapat menuai pahala, duhai Allah.

Kegelapan pun menyeruak, hitam pekat laksana jelaga, sungguh mengerikan. sebagian jiwa yang akan berteman dengan amalan jahat hingga tibanya hari kiamat. Mencekam, berbaur jeritan keras memekakkan telinga, "Jangan Kau datangkan kiamat yaa Allah, sungguh aku disini sudah sangat tersiksa!!!" .

Bagi sebagian lainnya, alam kubur justru membuat bahagia.
Berteman amal sholeh yang diibaratkan sebagai manusia dengan paras sangat menyenangkan. Lalu ia pun menjerit, menangis bahagia

"Datangkan hari kiamat sekarang yaa Allah, aku ingin segera ke sana!!!"

Kematian...
Erat menyiratkan takut dan pilu serta lantunan senandung duka.
Menciptakan nada pedih dan gamang yang kadang menghujam iman, hingga hati pun bertanya,mengapa selalu ada perpisahan?

Rasa itu menghantam dan menikam pada keluarga yang ditinggalkan.

Namun kematian adalah suatu keniscayaan, karena ia telah dijanjikan.

Kematian pun hakikatnya adalah sahabat akrab bagi setiap yang bernyawa.
Sayang, kesadaran itu baru menghentak saat orang yang kita cintalah yang direnggutnya.

Ketika itu auranya begitu dekat, serasa setiap helaan nafas beraroma kematian.

Duhai jiwa... Sadarkah engkau bahwa kelak kuburan adalah tempat peristirahatan?
Sudahkah engkau siapkan malam pertama di sana,
seperti kau sibukkan diri menjelang malam pertama pernikahan?
Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah malam yang sangat mengerikan, yang membuat orang-orang sholeh menangis saat memikirkannya.

Kau gerakkan lidahmu untuk membaca kitab suci, tetapi tingkah lakumu tak pernah kau selaraskan.

Kau kenal setan, tapi kau jadikan teman.

Kau kejar harta, tapi kau lupa berderma.

Kau katakan ingin masuk surga, tapi tak pernah berhenti berbuat dosa.

Tak henti-hentinya kau sibukkan dirimu dengan kesalahan saudaramu , padahal engkau pun bukan manusia suci.
Saat kau kebumikan sahabat-sahabat yang telah mendahului,
mengapa kau mengira dirimu tak akan pernah mati? Ampuni dosaku...

Duhai Allah... Engkau yang Maha Mendengar Dengarkan munajat ini yaa Robbi, berilah kesempatan untuk kami selalu memperbaiki diri Jadikan diri ini bersih, hingga saat menghadap-Mu nanti

Ringankan kematian kami yaa Allah, mudahkanlah duhai …Pemilik Jiwa Jadikan hati ini ikhlas saat malaikat maut menyapa ,Hingga kematian menjadi sangat indah, kematian yang khusnul khaatimah

Aamien Ya Robb..

Tidak ada komentar: