Oktober 20, 2010

AH, YANG PENTING KAN HATINYA !!

Banyak syubhat (hal yang membuat ragu) yang dilontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang ‘ngetrend’ dan biasa kita dengar adalah ” Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka ‘ngerumpi’ berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hatinya!” Lalu tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya tadi.

Syubhat lainnya lagi adalah ” Lihat tuh kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk (rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..! Jadi yang wajib adalah menghijabi hati, kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berjilbab (hijab)!” Benarkah demikian saudariku,, ??

Saudariku,,,

Inilah Jawaban Kami atas Syubhat-syubhatmu itu…

Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala memohon ampun atas kebodohan atau kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan, maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik, maka tengoklah disekitar kita, yaitu orang-orang yang beragama selain Islam. Lihatlah dengan seksama, ada diantara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut perkataannya, dermawan, bijaksana, dan lain sebagainya. Apakah saudari (ukhti) setuju untuk mengatakan bahwa mereka adalah muslim? Tentu akal saudari akan mengatakan “TIDAK!” karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk Islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang Islam. Tentu saudari muslimah akan sependapat dengan kami bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak (dzahir) dari orang itu. Artinya, kita bisa mengatakan orang tersebut muslim, jikalau ia melaksanakan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, serta yang lainnya.

Lalu bagaimana pendapatmu ketika saudari (ukhti) melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah ukhti bisa menebak wanita itu muslimah ataukah non-muslimah? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non-muslimah lainnya. Ada kaidah dasar fiqih yang mengatakan “alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu ‘ala llah” artinya, hukum itu dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah kepada Allah.

Rasanya tidak ada yang bisa meragukan kesucian hati istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam (ummahatul mukminin), begitupula istri-istri Sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi mengapa ketika ayat tentang hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna[1], tak ada satupun riwayat yang menjelaskan bahwa mereka menolak perintah Allah Ta’ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka.

Apa yang ingin saudari katakan? Sedangkan mengenai hadits di atas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits di atas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian “[2]

Hadits di atas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian.” (HR.Muslim (2564/34)).

Maksud dari “tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian” yaitu bahwa sesungguhnya yang Allah nilai dari hamba-Nya adalah hati dan perbuatannya. Bukan hanya hatinya saja atau perbuatannya saja. Apabila hanya hati yang diutamakan, pasti akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini. Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para Sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, padahal mereka adalah sebaik-baik manusia di atas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal. Perhatikanlah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya. Urwah bin Zubair Radhiyallahu ‘anhu misalnya, ayahnya adalah Zubair bin Awwam, ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu ‘anha (istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam). Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia, maka jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya akan tetapi ia masih giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat.

Aduhai,..betapa lalai dan bodohnya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan harapan. Padahal hati kita TIDAK LEBIH BAIK dibandingkan dengan generasi pendahulu (Salafush Shalih) yaitu para Sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.

Sekarang kami yang akan bertanya kepada ukhti: “Apakah yang akan saudari katakan saat ditanya oleh Allah Ta’ala tentang jilbabmu sedangkan disaat masih hidup sampai kematian menjemput, saudari belum juga berjilbab???”

Penulis naskah asli: Ummu Raihanah

Oktober 13, 2010

Do'a dan Dzikir Mohon dihilangkan Sakit atas Penyakit yang diderita (Contoh : Kanker, Tumor, DBD, dlsb)

“Ya Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, saya terima kondisi saya yang terkena penyakit KANKER ini sepenuh hati, walaupun saya sudah sering Engkau uji dengan berbagai penyakit sebelumnya, tapi saya selalu berusaha ikhlas untuk menerimanya ya Aallah, maka terimalah saya sepenuhnya ya Allah...."

"Ya Allah Ghfuurur Rohiim, saya ma’afkan kondisi saya yang sakit Kanker ini, saya maafkan hadirnya penyakit Kanker ini, sebab penyakit Kanker ini juga adalah makhluk ciptaanMu yang sedang bertamu padaku, maka dari itu ma’afkanlah saya, ampunilah saya, angkatlah kotoran di hati saya, angkatlah penyakit dari diri saya, bersihkanlah jiwa saya, dan rahmatilah saya"

"Ya Allah Yang Maha Menguasai Segala Sesuatunya, saya lepaskan semua rasa memiliki dan rasa menginginkan yang ada pada diri saya, sebab semua hanyalah titipan dariMu, saya pun ingin sembuh tapi saya lepaskan keinginan ini hanya padaMu, maka lepaskanlah saya dari rasa sakit ini"

"Ya Allah yang Maha Berkehendak dan Menggerakkan alam semesta, saya serahkan sepenuhnya kepadaMu urusan rasa sakit ini, maka serahkanlah kepadaku solusi terbaik dariMu, dan jadikanlah sakit ini sebagai tahap awal saya bertaqorub kepadaMu, maka berilah hamba petunjukMu dan kuatkanlah hamba bersama petunjukMu, sebab hanya Engkaulah yang mampu memberikan petunjuk dan kepadaMulah saya bertawakkal sepenuhnya”.

"Ya Allah Yang Maha Penggugur dosa dan Maha Penyembuh, gugurkanlah berbagai dosaku dengan sebab hadirnya penyakit ini, jadikanlah sakit ini hanya bagian dari teman yang sedang bertamu di dunia saja yang sifatnya sementara, sehingga hilangkan rasa sakit bagiku di akhirat kelak, sehingga kalaulah sakit ini adalah sebagai washilah aku bertemu kehadiratMu maka izinkan aku kembali padaMu dengan jiwa yang sudah engkau bersihkan dalam rahmatMu, tapi jika engkau berkenan menyembuhkannya maka sembuhkanlah aku dengan tidak lagi meninggalkan rasa sakit, sebab Engkaulah Sebaik-baiknya Penyembuh. Amien"

Lalu iringi statement ini dengan dzikir istighfar yang banyak. Simak uraian berikut dan nikmati tahapan istighfarnya.

Nabi shollallahu 'alaih wa sallam bersabda: "Penghulu Istighfar (Sayyidul Istighfar) ialah kamu berkata: "Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta kholaqtanii wa ana 'abduka wa ana 'alaa 'ahdika wawa'dika mastatho'tu a'uudzubika min syarri maa shona'tu abuu-u laka bini'matika 'alaiyya wa abuu-u bidzanbii faghfirlii fa innahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta"

(artinya : Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tiada ilah selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hambaMu dan aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku kepadaMu dengan segenap kekuatan yang aku miliki. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmatMu yang tercurah kepadaku; dan aku tahu dan sadar betapa banyak dosa yang telah aku lakukan. Karenanya, ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).

"Barangsiapa yang membaca doa ini di sore hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia termasuk penghuni surga. Barangsiapayang membaca doa ini di pagi hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni surga." (HR Bukhari)

Urutan Istighfar Cahaya Hati :

1. Membaca “Astaghfirullaahal ‘azhiim wa atuubu ilaiih” (aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung dan kepadaNyalah aku akan kembali) 33x

2. Membaca Dzikir Istighfar Asmaul Husna “Allahumma Innaka Antal Ghofuurur Rohiim, Ghofuurun Haliim, Ghofuurun Syakuur, ‘Aziizun Ghofuur, ‘Afuwwun Ghofuur, ‘Afuwwun Qodiir, Tawwaabun Hakiim, Tawwaabur Rohiim, Rohmaanur Rohiim” 10x

3. Membaca Sayyidul Istighfar (Mulai dari “Allahumma Anta Robbii ....s.d. ... Fa innaahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa Anta”) 10x

4. Membaca “Astaghfiruka wa atuubu ilaiik” (aku mohon ampun padaMu dan kepadaMulah aku akan kembali) 10x

5. Membaca “Hasbunallaahu wani’mal wakiil, ni’mal maula wani’man nashiir” (Cukup Allah bagiku sebagai pelindung dan penolong, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung dan Penolong) 10 x

6. Membaca “Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim” (Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali atas izin/pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung)” 10 x

Keterangan : Jumlah frekuensi bacaan dzikir adalah relatif, semakin banyak semakin baik selama bisa dibaca fokus sepenuh hati.

Wallahu alam.

Kz