Agustus 05, 2010

Anak Adalah Amanah-NYa

Assalamu Alaikum Warmatullahi Wabarakatuh ...Ibu , bapak , jangan kau ajak aku dalam kesesatan dalam hidup mu , sesungguhnya dalam kehidupan ini tidak ada yang kekal , semua hanya ketipudayaan saja , aku mohon jangan ajak aku dalam kesesatan mu aku ini tetap dengan pendirian aku , yaitu menjadi seorang muslim sejati yang mengamalkan ilmu agama melalui pengatahuan yang aku dapat dan mengamalkan menurut jalan asy -shalafu shaleh .

kisah di ats bisa kita jadikan contoh , cerita di atas di ambil deri kisah perjalanan teman saya yang tak perlau saya sebutkan nama nya dan beliau sedang melanjutkan S2 nya di universitas Madinah ...


ketahuilah saudaraku , terkadang kita memiliki sesosok orang tua yang seperti kisah di atas, bahkan banyak orang tua di jaman sekarang yang membuat anak menjadi sesat karena hanya keinginan hawa nafsu saja yang di ikuti , maka dari itu kita sebagai anak harus bisa menasehati nya dengan ilmu agama yang kita dapatkan agar mereka bisa berubah .

bahkan di daerah saya , jakarta utara banyak sekali orang tua yang tidak memikirkan ( memperhatikan ) anak nya , bahkan sampai anak-anak nya itu terlibat dalam pergaulan bebas dan minum-minum keras dan narkoba , kalau sudah seperti ini harus siapa yang di salahkan ? yang harus di salahkan adalah orang tua. karena orang tua nya mencontohkan anak nya yang tidak benar , jadi seorang anak hanya mengikuti jalan orang tua nya , bahkan orang tua nya tidak sama sekali mendidik anak nya untuk mengingat Allah , yang mereka ingat adalah uang dan kebutuhan hidup . sesungguhnya kalau orang tua itu mempunyai pemikiran yang baik maka anak itu tidak akan mungkin terjerumus dengan pergaulan bebas di jaman zaman sekarang .


Ketahuilah bapak dan ibu Allah tidak pernah meyulitkan kehidupan kita selagi, kita mau bertawakal kepada Allah , tetapi ibu dan bapak sekarang lebih banyak mengejar harta di dunia ini sama sekali tidak bisa kita pungkiri karena saya tau bahwa kehidupan di jaman sekarang semua nya serba naik dan mahal , namun bapak dan ibu tidak sewajib nya untuk meninggalkan tugas kalian sebagai seorang muslim yaitu menjalankan printah Allah dan membagi waktu untuk si anak agar serorang anak yang telah Allah titipkan dalam kehidupan bapak dan ibu bisa mengerti bahwa ibu dan bapak nya mencari rizki untuk sich anak dan ketahuilah bapak dan ibu Allah menyuruh kita dalam beribadah sesugguhnya bukan untuk meyulitkan kehidupan kita namun untuk mebersikan diri kita agar kita bisa bersyukur dalam kehidupan ini , dan harus ketahuilah bu dan bapak sesungguhnya kita tak usah takut dalam urusan rezeki , dan sesungguhnya ketika kita masih di kandungan ibu kita semua sudah tertulis di laiful mafhudz masalah umur , rezeki , takdir kita , tidak mungkin Allah mau meyulitkan hamba nya dalam menjalani ujian , namun di lain sisi seorang hamba tidak bisa meyelesaikan nya , dan ketahuilah sesungguhnya dimana ada kesulitan pasti ada kemudahan , karena ALlah maha tau apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan ini .

Allah SUbhanahu wa Ta'ala berfirman : "Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia ingin membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Maidah : 6)


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :"Apa urusanku dengan dunia ? Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia adalah seperti pengembara yang tidur siang hari di bawah naungan pohon. Ia istirahat, lalu meninggalkannya...." [HR. Ahmad 1/391 dan At-Tirmidzi no. 2377; shahih]


Renungkanlah firman Allah ta’ala tentang orang-orang yang berdosa besar pada hari kiamat.

Allah ta’ala berfirman : ..“Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? [QS. Al-Mukminuun : 112-115]

Jadi kita dalam menjalani hidup ini jangan untuk sebuah permainan tetapi untuk menjalani printah2 Allah , dan menjalankan amanah Allah serta memperbanyak amal dalam kehidupan ini , agar Allah bisa meringatkan beban kita di saat kita menghadap nya .

kalau kita lihat di jaman sekarang ini banyak anak yang broken home , dan ketahuilah anak menjadi broken home karena sesosok ibu nya dan bapak nya yang tidak memeberi perhatian lebih kepada anak nya dan tidak membimbing pengatahuan ilmu dienul islam maka sich anak menjadi hancur terbawa pergaulan bebas , karena semua atas kesalahan dari orang tua nya yang selalu kurang memberi perhatian dan selalu memberi jatah berlebihan sehingga seorng anak yang sudah broken home tidak mendapatkan kasih sayang dari ibu dan bapak dan akhirnya sich anak prustasi dan merasa sich anak mendapatkan jatah yang lebih akhirnya terjerumus oleh pergaula bebas , minum-minum keras dll ..

Ketahuilah tugas ibu dan bapak adalah membimbing keluarga dan memberi pengarahan kepada sich anak , dan kalau perlu ibu atau bapak selalu memberikan pengetahuan ilmu-ilmu dienul islam agar sich anak tidak terjerat oleh pergaulan bebas , Nasihat dari Rasulullah dalam mendidik anak .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut menunjukan keutamaan mendidik anak, “Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu di...ucapkan oleh) anakmu untukmu.” ( HR .Bukahri & Muslim )

Nah apabila ibu dan bapak ingin masuk surga maka nya didiklah anak-anak ibu yang telah Allah titipkan kepada bapak dan ibu , karena ketika ibu dan bapak meninggalkan dunia ini tentu hanya doa seorang anak yang di dengar Allah , jadi bagaimana kalau seandainya ibu dan bapak mengajari anak-anak dengan kesesatan ? yang ada mungkin nanti ibu dan bapak serta anak-anak di limpahkan ke jahanam tempat seburuk-buruk manusia beristirahat . Ibu dan bapak pastinya tidak mau masuk nerka khan ? kalau tidak mau maka dari sekarang mendidik keluarga dengan ajaran-ajaran dienul islam agar sich anak tidak terjerat pergaulan bebas di jaman sekrang yang sedang marak-marak nya di luar sana .

Dalam hadits shahih lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika seorang manusia mati maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya karena diwakafkan), ilmu yang terus diambil manfaatnya (diamalkan sepeninggalnya), dan anak shaleh yang selalu mendoakannya.” ( Al-Hadist )

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Qs. at-Tahriim: 6)

Jadi apabila ibu dan bapak telah meninggalkan dunia hanya doa seorang anak yang terdegar di hadapan Allah , maka dari semua itu laksanakan tugas ibu dan bapak dalam membimbing anak dalam mempunyai pondasi yang di uatkan dengan Al-qur'an dan Sunnah ,, agar semua terhindar dari siksaan neraka ..

dan ketahuilah sesungguhnya seorang anak itu adalah titipan Allah , yang harus benar-benar kita jaga dalam kehidupan ini , dan Allah memberikan ibu dan bapak seorang anak adalah sebuah amanah agar ibu dan bapak bisa menjaga amanah Allah yang telah di berikan kepada bapak dan ibu , jangan bapak dan ibu megajak nya kedalam kesesatan dalam kehidupan nya karena seorang ibu dan bapak akan di minta bertagung jawaban nya dengan Allah .

Anak adalah amanat Sang Pencipta pada orang tua, keluarga dan masyarakat. Ia harus dibimbing dan dipelihara sebagai aset masa depan. Wajah masa depan sebuah negeri dapat dilihat dari bagaimana kualitas anak-anak masa kini.

Saudaraku, yang namanya anak tidak sebatas anak kecil saja, tetapi juga remaja bahkan dewasa sepanjang mereka masih menjadi bagian dari tanggung jawab orang tuanya (baca: belum menikah). Permasalahan anak bukan permasalahan sepele karena menyangkut tanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . sebagai Pemberi Amanah. Allah Subhanahu wa Ta'ala . menjadikan anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya sekaligus sebagai anugerah penerus keturunan dan tabungan kebaikan manakala orang tuanya sudah meninggal.

Kedudukan anak sebagai ujian terjadi tatkala orang tua harus berhadapan dengan bagaimana cara memperlakukan, membina dan membimbingnya agar ia tumbuh menjadi bagian dari generasi unggul. Keunggulan di sini meliputi keunggulan secara moral, keilmuan serta fisiknya dan tidak menjadi generasi yang hanya membebani orang lain.

“Setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. Imam a’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah ra’in dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Seorang lelaki/suami adalah ra’in bagi ahli bait (keluarga)nya dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Wanita/istri adalah ra’iyah terhadap ahli bait suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah ra’in terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701 dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Makna ra’in adalah seorang penjaga, yang diberi amanah, yang harus memegangi perkara yang dapat membaikkan amanah yang ada dalam penjagaannya. Ia dituntut untuk berlaku adil dan menunaikan perkara yang dapat memberi maslahat bagi apa yang diamanahkan kepadanya. (Al-Minhaj 12/417, Fathul Bari, 13/140)

Al-Khaththabi rahimahullahu berkata, “Mereka yang disebutkan dalam hadits di atas, seorang imam/pemimpin negara, seorang lelaki/suami dan yang lainnya, semuanya berserikat dalam penamaan atau pensifatan sebagai ra’in. Namun makna atau tugas/peran mereka berbeda-beda. Amanah dan tanggung jawab imam a’zham (pemimpin negara) adalah untuk menjaga syariat dengan menegakkan hukum had dan berlaku adil dalam hukum. Sementara kepemimpinan seorang suami terhadap keluarganya adalah pengaturannya terhadap perkara mereka dan menunaikan hak-hak mereka. Adapun seorang istri, amanah yang ditanggungnya adalah mengatur urusan rumahnya, anak-anaknya, pembantunya dan mengatur semua itu dengan baik untuk suaminya. Seorang pelayan ataupun budak, ia bertanggung jawab menjaga apa yang ada di bawah tangannya dan menunaikan pelayanan yang wajib baginya.” (Fathul Bari, 13/141)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu menjelaskan, “Setiap ra’in bermacam-macam yang diaturnya dan amanah yang ditanggungnya. Ada yang tanggung jawabnya besar lagi luas dan ada yang tanggung jawabnya kecil. Karena itulah Nabi bersabda: ia akan ditanya tentang ra’iyahnya (rakyatnya/apa yang diatur dan dipimpinnya), seorang suami juga ra’in tapi ra’iyahnya terbatas hanya pada ahli baitnya, yaitu istrinya, anak laki-lakinya, anak perempuannya, saudara perempuannya, bibinya dan semua orang yang ada di rumahnya. Ia ra’in bagi ahli baitnya dan akan ditanya tentang ra’iyahnya, maka wajib baginya untuk mengatur dan mengurusi mereka dengan sebaik-baik pengaturan/pengurusan, karena ia akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. (Syarhu Riyadhis Shalihin, 2/106,107)

“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap ra’in tentang apa yang dibawah pengaturannya, apakah ia menjaganya atau malah menyia-nyiakannya.” (HR. Ibnu ‘Adi dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Hafizh rahimahullahu dalam Fathul Bari, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)

Karenanya tunaikan amanah dan tugasmu dengan sebaik-baiknya. Dan sadarilah bahwa peran bapak dan ibu dalam masyarakat Islam amatlah besar dan penting. Di mana wanita harus menunaikan hak suaminya dan kewajibannya terhadap anak-anaknya dengan memberikan pendidikan dan menyiapkan kebutuhan mereka agar kelak anak-anak tersebut dapat membawa agamanya dengan kekuatan dan kemuliaan. (Bahjatun Nazhirin, 1/369)

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Salah seorang ulama berkata, ‘Sesugguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat (nanti) akan meminta pertanggungjawaban dari orang tua tentang anaknya sebelum meminta pertanggungjawaban dari anak tentang orang tuanya. Karena sebagaimana orang tua mempunyai hak (yang harus dipenuhi) anaknya, (demikian pula) anak mempunyai hak (yang harus dipenuhi) orang tuanya.


Jadi sebelum semua terlambat maka rebulah kehidupan keluarga kita agar kita selamat dari siksaan Allah , karena Semua akan di minta pertagung jawabannya , dan ajarilah keluarga kalian mengenal Al-qur'an dan Sunnah walaupun terkadang seseorang melihat nya aneh , namun ini harus kita terapkan dalam hidup kita , agar menjadi bekal kita di akhirat dan anak kita nanti nya , dan jangan kalian ajak kedalam kesesatan yang bersifat hanya sementara di dunia ini dan para ibu dan bapak agar selalu bisa membagi waktu untuk anak dan jangan lupa berilah ilmu-ilmu yang bermnfaat dalam kehidupan nya , karena anak adalah sebuah tititap Allah yang harus kita jaga dan kita pelihara dengan sebaik mungkin , jangan sia-siakan hidup di dunia ini , karena dunia ini tidak kekal dan abadi .

Tidak ada komentar: