Agustus 31, 2010

SERI RAMADHAN HARI KE 21 "BOHONG"

Doa Hari ke 21

Ya Allah, berilah aku petunjuk menuju ridho-Mu,

jangan Kau beri setan jalan atasku,

dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggal dan istirahat bagiku,

wahai Yang Memenuhi hajat orang-orang yang meminta.

Bohong adalah mengatakan tidak sebenarnya, Kebohongan merupakan salah satu bagian hidup manusia. Tidak mudah untuk mengenalinya karena ada banyak cara dalam melakukan kebohongan baik secara verbal maupun nonverbal. Berbohong biasanya tidak selalu buruk akibatnya, sedangkan menipu jelas bertujuan jelek bahkan jahat.

Terkadang demi sopan santun atau karena tuntutan norma-norma yang ada, orang sering mengatakan sebaliknya bukan apa adanya. Misalnya, tamu mengatakan masakan yang dihidangkan oleh tuan rumah enak sekali, padahal sebetulnya rasanya ngga karuan.

Berbohong banyak dilakukan untuk tujuan yang baik, sedangkan menipu banyak merugikan orang lain bertujuan jelek bahkan jahat. Berkata lain dari senyatanya adalah berbohong. Mengatakan pada pembeli bahwa batu akik yang dijual sebagai berlian adalah menipu.

Memang terlihat tipis perbedaan berbohong dan menipu, sebagai bahan referensi yang sangat akurat dan hakiki ada hadist menerangkan sebagai berikut :

“Saya tidak pernah mendengar Rasulullah Saw memberi kelonggaran berdusta kecuali dalam 3 hal: [1] Orang yang berbicara dengan maksud hendak mendamaikan, [2] orang yang berbicara bohong dalam peperangan dan [3] suami yang berbicara dengan istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya (mengharapkan kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)”. (HR. Muslim)\

Dari hadis di atas jelas sekali bahwa ada kondisi-kondisi tertentu seseorang diperbolehkan berdusta. Memang terdengar aneh jika seseorang dilarang mutlak berbohong., bagaimana jika di dalam peperangan seorang Muslim yang tertangkap diminta untuk membocorkan rahasia-rahasia negara oleh pihak musuh. Apakah sang Muslim akan tetap diam atau berkata jujur kepada pihak musuh? Bukankah jika si Muslim berbohong kepada pihak musuh maka itu akan merugikan mereka, atau paling tidak membuat mereka kehilangan waktu percuma? Kasus di atas juga bisa menjadi pengecualian tentunya.

Untuk menghindari kita tidak berbohong lebih baik kita diam atau tutup mulut, tetapi bagaimana tindakan kita apabila kita dibohongi oleh seseorang. Apakah kita perlu mengintrogasi atau mencari-cari kenapa orang tersebut membohongi kita atau kita biarkan mereka berbohong dan kita tetap menata hati untuk tidak terpengaruh dengan kebohongannya. Kita tidak akan merugi apabila kita tetap berfikiran positif walaupun kita dibohongi.

Menurut beberapa refensi kebohongan bisa terungakap melalui ekspresi wajah, gerak tangan atau tubuh, dan nada suara. Ketika berbohong, seseorang umumnya mengangkat bahu, mengedip-ngedipkan kelopak matanya, dahinya banyak berkerut, bibirnya banyak bergerak kebawah, sering menggeleng-gelengkan kepala, atau meringis sesaat sebelum menjawab pertanyaan, dengan cepat menunjukkan ekpresi muak, jijik, benci, atau malah kegirangan berlebihan untuk menyakinkan orang yang dibohongi. (Kompas).

Mengatakan dan melakukan yang sebenar-benarnya sesuai kenyataan (Jujur) adalah harta termahal dan sangat langka, terlebih di era global seperti sekarang. Kembali lagi “IMAN” yang berbicara, tatkala seseorang sedang berbohong/berdusta/menipu berarti tidak ada lagi iman.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Almaidah : 8).

Tidak ada komentar: